Warna Kelas

Sebantar lagi Ujian Nasional akan berlangsung dan tidak lama pula aku akan berpisah dengan teman-teman, im cry hihi, kemana aku mencari teman-teman yang beraneka ragam seperti kelas Bahasa yang konyol seperti ini. demi mengejar cita-cita apa kita harus mengobankan persahabatan ini semua, tidak teman aku tidak akan melepukan mu, sampai kapan pun.

Latif yang begitu konyol, Faat yang bijak, Hindun Amel yang gokil oh Akbar yang Sok tapi ngangenin, Husin yang asik, Rosi I LIKE IT dan , , , Rasit ( Disyar ) mmmm . . .hehe

Rara kemana lagi aku kan curhat

Add caption

Rizky sumpah loee artizzz bangett hehehe , , 
Hey semuanya . . . kemana lagi aku menumpahkan air mata ini, sahabat jangan lupakan aku

Makaroni Pedas & Air Aura

Desahan nafas memaksa
Panas menyusuri urat telinga ku
Mengalir masuk
Sejuk lega
Sedot paksa
Murni ...
Padamkan api

Anak Guru Matematika Ku, Guru Matematika ku :(

Anak guru matematika ku sekarang mengajar di kelas karena guru matematika ku ga bisa masuk mengajar lagi karena sakit, ( bapak cepat sembuh ya . . ).
Sekarang yang mengajar di kelas ku  adalah anak beliau seorang perempuan mungil cantik keliatan lembut namun paras yang pelit senyum, waktu pertama  beliau mengajar di kelas, terbesit rasa tidak suka di dalam hati ku ( astagfirullah), karena beliau kurang membaur dengan kami, gaya mengajar yang mononton membuat aku dan teman-teman jenuh, dengan memakai jubah muslim yang panjang jilbab sampai lutut sarung kaki dan sarung tangan hanya wajah yang nampak lembut di bingkai dengan kacamata yang mungil, itu semua membuat kami enggan untuk bertanya kepada beliau,

oh ibu guru MATEMATIKA ku yang cantik, berikanlah seulas senyum mu untuk kami, aku sangat kagum dengan sosok mu, kau begitu lihai membuat kami pintar aku sangat kagum dengan mu aku paham apa yang kau sampaikan, dan aku sangat ingin dekat dengan mu, ingin berbincang dengan mu, hampir 3 bulan kau mengajarkan ku tentang ilmu yang ku anggap duri dalam otak ku  tapi aku tidak tau
  SIAPA NAMA MU BU GURU?

Aku untuk Diriku

Begitu pahit sampai tak terbalas
Ku menyesal telah menjadi awal
Hingga berujung pahit
Terus terbelenggu
Tertusuk duri ku sendiri
Hancur tersakiti sampai ku mati
Oleh mawar hitam ku yang memilukan

Cinta Ku Berubah

Pancaran gelapnya malam
Tersirat di benak ku
Begitu indah
Namun hati ini merintih
Saat cinta yang terlampau batas
Menempati ruang sepi
Saat kau tau arti merah di pipi
Kau membuat ku seperti mainan
Yang bisa kau tertawakan
Hingga ku menyesal dan mati rasa kepada mu

Mulut

Bagaikan hujan tanpa petir
Menyelubung sukma kalbu
Tutur kata dari mulut
bersenandung sia-sia
Menggores hati

Dusta

Tidur berteman mimpi
Tubuh basah berkeringat
Gerah menderu ...
Gelisah terasa
Saat kau seret aku
Kedalam dunia hayal mu

Kebencian Aku dan Dia

Ingin rasanya ku mengakhiri
Nafasnya dalam cengkraman
Kegelapan ku
Namun ...
Dia telah dulu menikam mu
dengan belati ku

Untuk Selamanya

Datanglah kesini
Dimana semuanya menikam
Membuat nyali mu menciut
Tulang daging mu menyusut

Terhamburnya darah mu
Berwarna Hitam pekat
Dan saat itu pula
Bayangan mu lenyap
Untuk selamanya

Lord Ombra

Malam kegelapan
Rasa yang menikam
Takut pasrah apa yang terjadi
Saat kegelapan menerobos masuk
Di gerbang kehidupan

Hidup  . .
Khe . ..!
Bukan
Tetapi mati yang tercipta olehnya
Saatnya ku sendiri
Di antara gerbang
Kehidupan dan kematian

Aku takut
Aku benar-benar takut
Ketika bayangan ku
Di sentuh  LORD OMBRA

Tak Abadi

Hati berlumur darah
Nadi awal semuanya
Mengalir masuk ke hati
Menjadi satu
Saat terputus
Semua seperti angin

Sajak Sore

Sesudah itu
Hati merinding basah
Ayunan daun yang riang
Anak hitam
Bola catur
Kapas yang teduh
Tak bisa ukirkan

Sore bersahaja . . .
Tetap setia pohon miskin mendamping
Alunan ayat surga memperindah

Ah . . . Si berengsek datang
Lebur semua
Kakek itu datang mendekat
Bersanding sepeda tua lusu